Kamis, 22 November 2012

CERPENKU


EMPAT PULUH MENIT BERSAMANYA
Empat puluh menit bersamanya adalah suatu hal hebat yang tak pernah kuabaikan. Aku selalu terkagum mengingatnya ... hal yang luar biasa. Meski waktu di waktu singkat itu aku hanya bisa diam kaku karena duduk disampingnya. Setelah itu, aku tak pernah lagi berbicara padanya. Ya, Dia. Dia yang murah senyum. Dia yang membuatku terpesona. Laki-laki tinggi, berkulit sawo matang, manis, dan berwibawa. Namanya Ahmed. Dia membuatku lupa dengan seseorang bernama Zainal.
Zainal berada sangat jauh dari tempatku berada adalah orang yang dua tahun lalu mulai aku cintai. Namun kami berpisah saat tiba-tiba Zainal pindah dari Jogjakarta ke Bandung. Dia hanya menyatakan perasaan dan tidak mengatakan tentang status hubungan kami. Dia menggantungkan hubungan. Sejak itu dia menghilang. Sampai saat ini. Sudah dua tahun dia menghilang, bodohnya aku, aku masih mencintainya. Kemunculan Ahmed pada empat puluh menit di dua hari yang lalu, saat wisuda kelulusan di kampus,membuatku sedikit melupakan Zainal.
Aku mulai mengagumi Ahmed, dan terus mengagumi. Sampai Dua bulan berjalan, aku menulis sepucuk surat cinta untuk Ahmed. Dan jawabannya adalah, “Aku sudah mau menikah, dengan seseorang”.
Ketika aku mulai menangis di pantai senja yang sepi,seseorang menepuk pundakku. Ketika aku menoleh dengan air mata yang deras, aku melihat dia. Dia yang selama dua tahun ini jauh dariku, dan menggantung hubungan. Dia berkata, “Apa yang kau tangisi? Mencoba melupakanku tapi malah orang yang menjadi pelampiasanmu tak bisa menerimamu? Pastinya kau tahu, kau tak mungkin bersama orang lain selain aku. Aku hanya pergi sebentar saja untuk membatmu merindukanku. Dan akhirnya aku ingin kembali pada saat kau siap menjadi milikku”.
Aku melongo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar